Perasaan rindu terhadap suami,
membawa kenangan saya akan masa awal mengenalnya. Saat itu Alm. adalah anak rantau yang nge-kost di daerah Sekeloa Bandung, era 90-an. Perjuangannya saat itu sebagai anak yang jauh dari orang tua, nyata di depan
mata. Dirinya harus pandai menyiasati masalah keuangan dengan memberikan les. Mengayomi
adik-adik dan kawan satu kampung yang sempat tinggal bersama. Alm adalah anak
tertua, posisinya saat itu hingga sebelum akhir hayatnya senantiasa menjadi
tempat kami berdiskusi dan menanyakan banyak hal.
Tubuhnya yang kurus, semula nampak tak
terurus berubah setelah menikah. Meski
saya tak mahir memasak makanan khas Belitung, namun bobot tubuhnya yang naik 20
kg lebih adalah indikasi sehat dan lebih terurus.
Sampai akhirnya sekitar 1 tahun
yang lalu beliau mulai sakit-sakitan dan wafat di Februati 2014 dalam usia muda, 43 tahun. Innalillahi wa inna
ilaihi roji’un. Penyebabnya karena tumor yang sudah menyebar di tubuhnya. Saya jadi curiga, apakah pola hidupnya yang tidak
sehat saat menjadi anak kost adalah bibit awal munculnya penyakit tersebut?
Wallahu A’lam..
Saya jadi teringat lagu yang
dibawakan group parodi Padhayangan Project mengenai anak kost era 90-an, dimana satu baitnya “Aku makan tiap hari, kadang hanya makan mie, gimana gak kurang gizi”.
Apa mungkin mie instant pemicunya?
Kehidupan anak kos seakan tak
pernah habis untuk diceritakan. Tinggal berjauhan dengan orangtua dan hidup bersama
teman satu kos dalam suka duka, menjadikan episode hidup penuh warna. Kehidupan yang penuh lika – liku seringkali jadi bahan inspirasi pembuatan lagu
maupun judul buku.
Jumlah uang yang terbatas,
sementara kebutuhan tinggi membuat anak kost musti pandai mengelolanya.
Menentukan skala prioritas dari aneka kebutuhannya. Berhemat dan saling
menolong adalah bagian kehidupan sehari-hari mereka. Hal tersebut akan melatih
kemampuan mengelola uang serta kemandirian.
Kehidupan anak kost saat ini
tentunya sangat berbeda jauh dengan kehidupan di era 90 –an. Saat ini, salah
satu cara yang bisa digunakan untuk menyiasati kesulitan keuangan adalah dengan
mencari peluang mendapatkan diskon untuk barang-barang yang akan dibeli. Misal
diskon untuk pembelian buku, diskon di tempat makan juga bioskop.
Anak kost saat ini bisa menggunakan
kartu ISIC, kartu mahasiswa yang bisa bikin pintar dan tetap gaul. Bisa bikin
pintar karena menyajikan diskon dalam pembelian buku dan aneka kegiatan
bermanfaat bagi anggotanya. Membuat gaul karena kartu tersebut juga memberikan
diskon di tempat-tempat makan dan aneka tempat yang biasa digunakan untuk berlibur.
Senang sekali ya kalo kebutuhan mahasiswa jadi terpenuhi, dengan keunikan kartu
ISIC , harga-harga jadi “ramah kantong.”
Aneka kemudahan yang diperoleh
anak kost saat ini terutama dalam hal makanan hendaknya tidak melalaikan
kebutuhan nutrisi tubuh. Hindari banyak makan mie. Miliki pola hidup sehat.
Mulai biasakan makan buah dan sayur serta sediakan waktu untuk berolahraga.
Beruntunglah, kini anak kost memiliki fasilitas dan kemudahan. Manfaatkanlah semuanya dengan baik. Moga
sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya, karena Anda adalah generasi
penerus bangsa.
Artikelnya makin mantaaaaap .teruss...!! Calon juara ODOA nih kayaknya.....
ReplyDeleteTks teh Nurul..*duuh idung pegang idungku hee..
Deletekereeen...ummi paling pinter dah nyari issue2 terkini & memadukannya dengan materi odoa... manstab beuh...
ReplyDelete